Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dibangun oleh para pahlawan termasuk para kiai.
Hal itu tidak bisa diragukan lagi, jelas tercatat sejarah Kiai Wahab sebagai pemimpin pasukan Hizbullah, sosok santri seperti Supriadi memimpin PETA, dan Kiai Hasyim sendiri seorang yang ahli gerilya. Maka dari itu, kuwalat hukumnya bagi warga NU jika anti terhadap NKRI.
Demikian disampaikan pengasuh pesantren Gasek Malang, Kiai Marzuki Mustamar dalam diskusi rutinan PMII Ibnu Aqil.
Menurutnya, seideal-idealnya teori khilafah, jam’iyah, imamah, amir, ataupun NII, adalah gambaran yang abstrak yang hingga kini tidak terwujud.
“Lalu mengapa menggadang-gadang yang tidak wujud sementara di depan mata kita ada yang riil untuk diperjuangkan,” tandasnya, di Masjid Ulul al-Bab, Senin (08/04).
Ketua Tanfidziyah NU Malang itu menegaskan, NKRI adalah penyelamat perpecahan bangsa, jika hanya bendera Islam yang dikibarkan justru akan menuai banyak konflik di Nusantara ini, belum lagi dari lima organisasi yang menggaung-gaungkan Negara Islam itu belum menemukan kata sepakat konsep mana yang akan dipakai.
Kerancuan itulah yang akan merugikan banyak pihak dan menguntungkan sponsor di belakang organisasi-organisasi Islam transnasional tersebut.
Oleh karenanya, “seorang ulama sudah seharusnya memiliki wawasan kebangsaan, demikian juga orang nasionalis harus memiliki wawasan kuat terkait agama, hal itu sudah dilakukan oleh sesepuh NU Kiai Hasyim dan bahkan Gus Dur,” tegas sosok IKA-PMI UIN Malang ini.
Lelaki yang juga dosen tasawuf ini juga menambahkan, gerakan-gerakan yang menginginkan negara Islam sangat tidak pas untuk diterapkan di Indonesia. Pasalnya, penggagas-penggagas aliran tersebut hidup di dalam negara yang mayoritas Islam, dan di Indonesia bermacam-macam tidak hanya Islam,
“Jadi konsep menyamaratakan warna di Indonesia sudah menjadi hal yang sangat salah, dan konsep NKRI inilah yang menyelamatkan semuanya,” pungkasnya.
Diskusi malam yang bertajuk “Pancasila sebagai Ideologi Bangsa” berakhir dengan sangu ilmu dan semangat untuk terus dari Kiai pengasuh pesantren Gasek tersebut. Sebelum ditutup doa, Kiai Marzuki berpesan untuk terus mentradisikan diskusi dan meneruskan perjuangan-perjuangan sesepuh NU.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar